BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pencarian
antibiotik dimulai pada akhir tahun 1800-an ketika teori tentang asal usul penyakit
yang menyebutkan bahwa bakteri dan mikroorganisme lain sebagai penyebab
penyakit diterima oleh masyarakat luas.
Pada tahun 1877, Louis Pasteur menemukan kenyataan bahwa bakteri antraks yang dapat menyebabkan
penyakit antraks dan berakibat pada kegagalan pernapasan , dapat dikurangi
patogenisitasnya pada hewan uji setelah hewan uji tersebut diinjeksi dengan
bakteri yang diisolasi dari tanah. Pada tahun 1887, Rudolf Emmerich menunjukkan
bahwa penyakit kolera yang merupakan penyakit infeksi intestinal dapat dicegah
pada hewan uji yang sebelumnya diinfeksi dengan bakteri Streptococcus.
Pada
tahun 1888, ilmuan jerman E. de Freudenreich mengisolasi produk dari bakteri
yang memiliki kemampuan antibiotik. Freudenreich menemukan bahwa pigmen biru yang dikeluarkan kultur bakteri Bacillus
pyocyaneus dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain pada kultur sel. Percobaan
yang dilakukan menunjukkan bahwa pyocyanase, yang merupakan produk yang
diisolasi dari B. pyocyaneus, dapat membunuh berbagai macam bakteri pathogen.
Selanjutnya secara klinis pyocyanase terbukti toksik dan tidak stabil sehingga
antibiotik alami ini tidak dapat dikembangkan sebagai obat yang efektif.
Pada
awal tahun 1920, ilmuan inggris
Alexander fleming menemukan enzim lisozim pada air mata manusia. Enzim
tersebut dapat melisis sel bakteri. Enzim pada air mata manusia ini merupakan
contoh agen antimikroba yang pertama kali ditemukan pada manusia. Seperti
pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat membunuh sel bakteri. Penemuan fleming
yang kedua terjadi secara tidak sengaja pada tahun 1928, saat ia menemukan
bahwa koloni Staphylococcus yang ia tumbuhkan dengan metode streak (gores
silang) pada mei agar dicawan petri mengalami lisis di sekitar pertumbuhan
koloni kapang kontaminan. Ia menemukan bahwa koloni kapang tersebut merupakan Penicillum
sp.
1.2 Rumusan
Masalah
a. Bagaimanakah
mekanisme antibiotik ?
b. Apa
saja penggolongan dari antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat
(DNA/RNA) ?
1.3 Manfaat
Penulisan
Diharapkan
dengan adanya makalah ini dapat memberikan sedikit informasi mengenai masalah
antibiotic khususnya yang menghambat sintesis asam nukleat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Mekanisme Kerja Antibiotik
Antibiotik
dapat diklasifikasikan berdasarkan spectrum atau kisaran kerja, mekanisme aksi,
strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur biokimianya.
Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat dibedakan menjadi antibiotik
berspektrum sempit (narrow spectrum) dan antibiotik berspektrum luas ( broad
spectrum). Antibiotik berspektrum sempit hanya mampu menghambat segolongan
jenis bakteri saja, contohnya hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri gram
negative saja atau gram positif saja. Sedangkan antibiotik berspektrum luas
dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan gram positif maupun gram
negatif. Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima,
yaitu antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan
membran plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam
nukleat, dan penghambatan sintesis metabolit esensial.
Antibiotika
digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga
diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut
gigi. Diperkirakan bahwa antibiotik bekerja setempat didalam usus dengan
menstabilisir floranya hewan tersebut. Kuman-kuman buruk yang merugikan dikurangi jumlah dan
aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan
dapat distimulasi dengan rata-rata 10 %. Meskipun di kebanyakan Negara Barat
penyalahgunaan ini dilarang dengan keras, namun masih tetap banyak digunakan
dalam makanan ternak, terutama makrolida dan glikopeptida.
Penghambatan
pada sintesis asam nukleat berupa penghambatan terhadap transkripsi replikasi mikroorganisme. Yang termasuk antibiotik
penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon dan
rifampin atau rifampisin.
2.2 Antibiotik
yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)
a. Golongan
Kuinolon
Kuinolon, merupakan
bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang terbuka pada proses
superkoil dengan menghambat DNA girase
(enzim yang menekan DNA bakteri menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai
ganda yang panjang kedalam sel bakteri, DNA diatur dalam loop (DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses
superkoil. Sel eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dari Kuinolon adalah penetrasinya yang baik
ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin), efektivitasnya bila diberikan secara oral, dan
toksisitasnya relatif rendah.
a) Pada
awal tahun 1980, diperkenalkan golongan Kuinolon baru dengan atom Fluor pada
cincin Kuinolon ( karena itu dinamakan juga Fluorokuinolon). Perubahan struktur
ini secara dramatis meningkatkan daya bakterinya, memperlebar spektrum
antibakteri, memperbaiki penyerapannya di saluran cerna, serta memperpanjang
masa kerja obat.Golongan Kuinolon ini digunakan untuk infeksi sistemik. Mekanisme Kerja Kuinolon
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah. Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
b) Efek
Samping dan Interaksi Obat
Golongan
antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Efek sampingnya
yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat. Manifestasi
pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan, merupakan efek
samping yang paling sering dijumpai. Efek samping pada susunan syaraf pusat
umumnya bersifat ringan berupa sakit kepala, vertigo, dan insomnia. Efek
samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi
dan kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan
arteriosklerosis atau epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.
Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan
kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga
memperlihatkan efek ini walaupun tidak begitu dramatis.
c) Penggunaan
Klinik
a.
Infeksi saluran kemih Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.
b.
Infeksi saluran cerna Seperti demam Tifoid dan Paratifoid
c.
Infeksi saluran nafas bawah Seperti Bronkitis, Pneumonia,
Sinusitis Penyakit yang ditularkan
melalui hubungan kelamin Gonore
Yang termasuk golongan ini antara lain adalah
Spirofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin,
Norfloksasin, Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.
1)
Asam Nalidiksat
Asam Nalidiksat adalah kuinolon
pertama yang ditemukan memiliki aktivitas antibakteri, tapi Asam Nalidiksat tidak mencapai kadar
antibakteri sistemik dan sampai saat ini hanya digunakan pada infeksi saluran
kemih.
2) Norfloksasin
Norfloksasin
tidak mempunya aktivitas sistemik,
terkonsentrasi dalam urin dan merupakan obat lini kedua pada infeksi saluran
kemih
3) Siprofloksasin
Siprofloksasin
merupakan agen antibakteri spektrum
luas. Diabsorbsi baik secara oral dan dapat secara intravena. Dieliminasi oleh
ginjal dan (sebagian besar) dalamm bentuk yang tidak berubah. Siprofloksasin mempunyai substituent
6-fluoro yang sangat memperkuat potensi antibakteri melawan bakteri gram (+)
dan terutama bakteri gram (-) (E.
coli, P.aeruginosa, Salmonella, Campylobacter). Efek samping jarang
terjadi, meliputi mual, muntah, ruam, pusing, dan sakit kepala. Konvulsi bisa
terjadi karena kuinolon merupakan antagonis asam γ-aminobutirat (GABA). Antibiotika
Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin 250
mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus
dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.
4) Ofloksasin
Ofloksasin
merupakan derivat flouroquinolon yang memiliki efektivitas dan spektrum yang
luas sebagai antibiotik, namun ofloksasin juga dapat berperan sebagai
fotosensitiser sehingga menyebabkan fotohemolisis.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200 mg/100 ml.
5) Moksifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400 mg/250 ml.
6) Levofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin 250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin 500 mg/100 ml.
7) Pefloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Pefloksasin 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/125 ml dan ampul dengan kandungan Pefloksasin 400 mg/5 ml.
8) Norfloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
9) Sparfloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 200 mg.
10) Lornefloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg.
11) Flerofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan 400 mg/100 ml.
12) Gatifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk injeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan 400 mg. Juga tersedia dalam bentuk vial untuk injeksi dengan kandungan 400 mg/40 ml.
b. Golongan Rifampisin
Rifampisin merupakan obat antibiotik yang
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Rifampicin sering dipakai untuk
pengobatan tuberculosis (TBC). Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah
infeksi setelah berkontak dengan seseorang yang sedang menderita infeksi
serius. Obat ini hanya diberikan dengan resep dokter.
Infeksi jaringan lunak dan tulang. Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi
pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps.
aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau
Aminoglikosid. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang
menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim
bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk
membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri.
Tanpa enzim ini bakteri tidak dapat berkembang biak dan bakteri akan mati. Kerja
Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh
kuman semi-dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniazid. Mekanisme kerja,
Berdasarkan perintangan spesifik dari suatu enzim bakteri Ribose Nukleotida Acid (RNA)-polimerase
sehingga sintesis RNA terganggu. Interaksi
obat ini adalah mempercepat metabolisme metadon, absorpsi dikurangi oleh
antasida, mempercepat metabolisme, menurunkan kadar plasma dari dizopiramid,
meksiletin, propanon dan kinidin, mempercepat metabolisme kloramfenikol,
nikumalon, warfarin, estrogen, teofilin, tiroksin, anti depresan trisiklik,
antidiabetik (mengurangi khasiat klorpropamid, tolbutamid, sulfonil urea),
fenitoin, dapson, flokonazol, itrakonazol, ketokonazol, terbinafin,
haloperidol, indinafir, diazepam, atofakuon, betabloker(propanolol),diltiazem,
nifedipin, verapamil, siklosprosin, mengurangi khasiat glukosida jantung,
mengurangi efek kostikosteroid, flufastatin. Rifampisin adalah suatu enzyme inducer yang kuat untuk cytochrome P-450 isoenzymes, mengakibatkan turunnya
konsentrasi serum obat-obatan yang dimetabolisme oleh isoenzyme tersebut. Obat obat tersebut mungkin perlu
ditingkatkan selama pengobatan TB, dan diturunkan kembali 2 minggu setelah
Rifampisin dihentikan. Obat-obatan yang berinteraksi: diantaranya : protease inhibitor, antibiotika
makrolid, levotiroksin, noretindron, warfarin, siklosporin, fenitoin,
verapamil, diltiazem, digoxin, nortriptilin, alprazolam, diazepam, midazolam,
triazolam dan beberapa obat lainnya.
Efek Samping Pada
Saluran cerna ; rasa panas pada
perut, sakit epigastrik, mual, muntah, anoreksia, kembung, kejang perut, diare,
SSP: letih rasa kantuk, sakit
kepala, ataksia, bingung, pening, tak mampu berfikir, baal umum, nyeri pada
anggota, otot kendor, gangguan penglihatan, ketulian frekuensi rendah sementara
( jarang). Hipersensitifitas:
demam, pruritis, urtikaria, erupsi kulit, sariawan mulut dan lidah,
eosinofilia, hemolisis, hemoglobinuria, hematuria, insufiensi ginjal, gagal
ginjal akut( reversibel). Hematologi:
trombositopenia, leukopenia transien, anemia, termasuk anemia hemolisis. Intoksikasi lain: Hemoptisis,
proteinurea rantai rendah, gangguan menstruasi, sindrom hematoreal.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil
diskusi yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
a. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.
b. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
c. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri
a. Yang termasuk antibiotik penghambat sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon dan rifampin atau rifampisin.
b. Peranan antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
c. Rifampisin bekerja dengan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi. Cara kerja obat ini yaitu dengan menonaktifkan enzim bakteri yang disebut RNA polimerase. Bakteri menggunakan RNA polimerase untuk membuat protein dan untuk menyalin informasi genetik (DNA) mereka sendiri
B.
Saran
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca guna kesempurnaan isi dari makalah yang kami buat.
Kami sangat mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca guna kesempurnaan isi dari makalah yang kami buat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. “Daya Hambat Vitamin C” . http://snowlife
elisa.blogspot.com/2009_07_01_archive.html.
Diakses tanggal 3 Desember 2012
Anonim. 2011. “Obat anti Tuberklosis” . http://healthcare pharmacist.blogspot.com/2011/10/obat-anti-tuberkulosis.html.
Diakses tanggal 3 desember 2012
Neal
Michael.J.2006. “At a Glance Farmakologi
Medis”. Erlangga: Jakarta
Pratiwi
Sylvia T. 2008. “Mikrobiologi Farmasi”.
Erlangga : Jakarta
Tjay
Tan Hoan. 2007. “Obat-obat Penting”.
PT.Gramedia. Jakarta